Kamis, 22 September 2016

Mirah & Golan

 Di era yang serba modern dimana suatu generasi mudah membaur,informasi dan transformasi barang sangat cepat masih sering muncul berbagai pertanyaan dari berbagai kalangan terutama dari orang-orang di luar wilayah Kecamatan Sukorejo, misalnya:
Betulkah air dari Golan dan dari Mirah tidak mau bercampur? Orang akan mengalami kebingungan jika mebawa benda atau barang dari Golan ke Mirah dan sebaliknya? Orang Mirah tidak diperkenankan menanam kedelai? Orang Mirah tidak bisa membuat tempe? Orang Mirah dan orang Golan jika bertemu di tempat orang hajatan di mana saja, jalannya hajatan akan mengalami gangguan? Tidak akan terjadi perkimpoian antara orang Golan dan orang Mirah? Dan sebagainya.

Dari berbagai pertanyaan yang sering muncul, itulah penulis mencoba menelusuri dari cerita tersebut dengan mencari informasi kepada tokoh masyarakat yang penulis dianggap lebih mengenal dari fenomena cerita tersebut serta membaca buku cerita yang telah ada. Hasil penelusuran yang penulis lakukan antara lain sebagai berikut:

Pada zaman dahulu di suatu tempat terdapat seorang tokoh yang terkenal dengan gagah dan pemberani, punya ilmu kesaktian yang tinggi sehingga sangat disegani oleh orang-orang di sekitarnya. Beliau bernama Ki Honggolono. Di samping sebagai orang pemberani dan sakti Ki Honggolono juga sangat arip dan bijaksana, karena itu Beliau mendapat sebutan Ki Bayu Kusuma. Karena kelebihan-kelebihan yang dimilikinya Ki Honggolono diangkat sebagai Palang (Kepala Desa).

Dalam cerita ini Ki Honggolono mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Joko Lancur. Seperti halnya ayahnya Joko Lancur juga terkenal anak yang gagah dan pemberani. Sebagai anak orang yang terpandang, pada umumnya hampir semua keinginannya selalu terpenuhi.

Salah satu kegemaran Joko Lancur adalah sabung ayam (adu jago). Kemanapun ia pergi tak pernah terpisah dengan se ekor ayam jantan (jago) yang menjadi kesayangannya.

Pada suatu hari dalam lawatannya Joko Lancur menyabung ayam (jago) , dan tidak sengaja melewati suatu tempat yang bernama Mirah. Di tempat itulah ayam (jago) kesayangan yang akan disabung itu terlepas dari himpitannya, Joko Lancur. Maka sangat gundah dan gulana dalam benak hati si Joko Lancur, karena peristiwa itu. Joko Lancur berusaha untuk menangkap ayam (jago) kesayangannya. Berbagai upaya dilakukan namun, belum berhasil. Telah lama kesana kemari mencari ayam (jago) itu, akhirnya masuk rumah belakang (dapur) Ki Ageng Mirah ( Ki Honggojoyo), sebagai adik sepupu Ki Honggolono. Si Mirah Putri Ayu (Putri Ki Ageng Honggojoyo) yang sedang membatik, sangatlah terkejut, melihat ada se ekor ayam jantan (jago) yang memasuki rumahnya. Si Mirah Putri Ayu berhasil menangkap ayam (jago) yang memasuki rumahnya itu. Betapa sangat senangnya hati Si Mirah Putri Ayu karena ayam (jago) yang telah ditangkapnya, ternyata sangat jinak.

Tak lama kemudian datanglah pemuda tampan yang akan mencari seekor ayam (jago). Pemuda itu tiada lain adalah Si Joko Lancur, Putra Ki Ageng Honggolono. Betapa kagetnya hati Si Joko Lancur ketika melihat ayam (jago) yang telah lama dicarinya itu berada dalam bopongan seorang perawan yang cantik jelita, bak Bidadari turun dari Kahyangan. Orang-orang Mirah dan sekitarnya menganggap Mirah Putri Ayu sebagai Bunga Desa. Dan sering memanggil dengan julukan Putri Mirah Kencono Wungu. Si Joko Lancur tidak segera meminta jago kesayangannya itu, namun menjadi takjub dan heran karena melihat kecantikan Si Mirah Putri Ayu. Sebaliknya Si Mirah Putri Ayu juga demikian sangat terpesona atas ketampanan pemuda Si Joko Lancur.

Keduanya saling curi pandang, tegur sapa, saling perkenalan, berlanjut sampai jatuh cinta. Sama layaknya anak muda yang baru mendapat kenalan, mereka saling bercanda, ketawa bahagia. Di sela-sela candanya Si Joko Lancur bertanya, “Mengapa pamannya, Ki Honggojoyo tidak pernah memperkenalkan terhadap putrinya yang cantik jelita ini?” Ternyata memang Si Mirah Putri Ayu sebagai gadis pingitan, dilarang bergaul dengan pria dan tidak diperkenankan keluar rumah. Karena asyiknya bercanda keduanya sampai lupa waktu. Betapa kagetnya mereka berdua setelah mendengar Ki ageng Mirah berada di luar rumah. Si Mirah Putri Ayu segera menyerahkan ayam (jago) yang dibopongnya kepada Joko Lancur, dan dengan perasaan yang halus meminta Joko Lancur segera pulang, karena takut dan kawatir kalau nanti dimarahi ayahnya. Joko Lancur segera memenuhi permintaan Si Mirah Putri Ayu dan segera beranjak pulang. Ketika keluar dari rumah, Joko Lancur kepergok Ki Ageng Mirah, Joko Lancur menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. Ki Ageng Mirah tidak bisa menerima apa yang ceritakan Si Joko Lancur. Joko Lancur dimarahi, dicaci maki dengan kata-kata yang tidak karuan, dan tidak enak di dengar, dikatakan pemuda yang tidak punya tata krama, tidak punya sopan santun, masuk rumah orang lain tanpa permisi dan sebagainya. Merasa bersalah Joko Lancur meminta maaf kepada Ki Ageng Mirah, dan menyesali perbuatannya itu. Dengan suaranya yang seram Si Joko Lancur dibentak agar segera meninggalkan dari hadapannya, pergi dari hadapanku gertak Ki Ageng Mirah. Akhirnya dengan perasaan yang gundah gulam dengan perasaan malu bercampur emosi, dengan langkah yang tertatih-tatih Si Joko Lancur meninggalkan rumah Ki Ageng Mirah. Namun dalam benak hatinya dia selalu ingat akan kecantikan Si Mirah Putri Ayu, putri Ki Ageng Mirah.

Waktu terus berjalan, Si Joko Lancur tidak seperti biasanya kemana saja tidak pernah pisah dengan ayam (jago) kesayangannya, setelah apa yang di alaminya itu, Joko Lancur selalu mengurungkan diri di dalam rumah, sering melamun karena dalam hatinya selalu teringat Si Mirah Putri Ayu wanita yang kini menjadi pujaannya.

Keadaan yang seperti ini akhirnya diketahui oleh Ayahnya Ki Ageng Honggolono. Selanjutnya Ki Ageng Honggolono bertanya kepada Si Joko Lancur tentang apa yang terjadi pada dirinya. Semula Si Joko Lancur tak mau mengatakan hanya diam apa yang sedang melanda dirinya.

Setiap hari Ki Ageng Honggolono melihat putera kesayangannya mempunyai sikap yang berbeda dari biasanya dia sering melamun, termenung, menyendiri, tidak makan, waktu malampun sering tidak tidur, dan yang paling merisaukan dia tidak mau mendekati si ayam (jago) kegemarannya. Maka terus didesaklah apa sebenarnya yang terjadi pada Si Joko Lancur.

Dengan desakan dari sang ayah tersebut maka akhirnya Si Joko Lancur mau mengaku/membuka mulut apa sebenarnya yang terjadi. Joko Lancur menyampaikan kepada sang ayah bahwa dirinya sedang jatuh hati pada seorang wanita yang cantik jelita sebagai pujaannya yaitu Si Mirah Putri Ayu, Putri dari Ki Ageng Mirah. Mendengar apa yang dialami puteranya sangat kaget Ki Ageng Honggolono. Karena Joko Lancur merupakan satu-satunya putra yang disayanginya, maka tidak merasa keberatan apa yang menjadi keinginan puteranya itu. Segeralah Ki Ageng Honggolono memerintahkan salah seorang muridnya untuk melamar Si Mirah Putri Ayu, putri Ki Ageng Mirah.

Berangkatlah utusan dari Ki Ageng Honggolono menuju Mirah untuk melamar Si Mirah Putri Ayu. Kedatangan utusan dari Ki Ageng Honggolono disambut dengan muka yang ceria oleh Ki Ageng Mirah, meskipun dalam benak hatinya tidak sudi mempunyai calon menantu seorang penjudi sabung ayam. Ki Ageng Mirah berupaya untuk tidak menerima lamaran Putra Ki Ageng Honggolono. Ki Ageng Mirah dengan cara yang halus agar tidak menusuk perasaan keluarga Ki Ageng Honggolono serta tidak menimbulkan pertikaian di kemudian hari, maka lamaran Si Joko Lancur diterima namun dengan syarat atau serahan yang harus dipenuhi oleh keluarga Ki Ageng Honggolono, adapun syarat yang harus dipenuhi antara lain yaitu :

1. Supaya dibuatkan bendungan sungai untuk mengairi sawah-sawah di Mirah
2. Serahan berupa padi satu lumbung yang tidak boleh diantar oleh siapapun, dalam arti lumbung itu dapat berjalan sendirinya.

Itulah siasat Ki Ageng Mirah dalam upaya untuk menggagalkan lamaran Si Joko Lancur. Syarat itu di luar batas kemampuan manusia biasa, maka segera pulanglah utusan Ki Ageng Honggolono. Sekembalinya dari Mirah, utusannya segera melaporkan apa yang disyaratkan oleh Ki Ageng Mirah. Untuk diterimanya lamaran kepada Ki Ageng Honggolono. Ki Ageng Honggolono sebenarnya mengerti semua apa yang dimaksudkan oleh Ki Ageng Mirah, dengan persyaratan yang seperti itu.

Ki Ageng Honggolono dengan muka yang garang dan sambil terkekeh-kekeh setelah mendengar laporan dari utusannya, Ki Ageng Honggolono tetap menyanggupi apa yang dipersyaratkan oleh Ki Ageng Mirah.


Klampis Ireng


Ketika mendengar tempat yang bernama klampis ireng, banyak orang pasti langsung merinding, salah satu tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat Ponorogo ini terletak di Desa Gandu Kepuh, namun orang lebih mengenalnya kalau klampis ireng terletak di Desa Sragi.
         Belum sampai pada tempatnya, namun aura mistis sudah sangat terasa ketika datang untuk memenuhi rasa penasaraan yang begitu tinggi, sebelum masuk pada area klampis ireng ada dua patung semar berwarna hitam sebagai pintu gerbang masuk pada kawasan klampis ireng, kenapa harus patung semar karena menurut cerita bahwa klampis ireng memang merupakan tempat atau kerajaan nya kyai semar.
    
         Klampis ireng tidak salah kalau memang dijdikan atau dikenal sebagai tempat paling wingit dan angker, tempatnya yang ada di tengah-tengah sawah, ditambah ada banyak pohon-pohon besar yang mengelilingi klampis ireng. Kenapa dinamakan klampis ireng karena konon katanya memang dulu disini ada pohon klampis ireng namun sekarang sudah tidak ada atau sudah mati.
    
         Banyak cerita berkembang di masyarakat bahwa klmpis ireng memang sebuah kerajaan alam goib, dimana semua makluk goib apapun bentuk dan rupanya ada disini dengan rajanya yang dikenal dengan sebutan kyai semar.

         Ini merupakan tempat berkumpulnya Kyai Semar dan Punakawan, kalau kita bisa melihatnya maka akan terlihat sebuah kerajaan goib dengan segala kelengkapan nya, diantaranya pasar dan lain sebagainya,”ujar Giyanto juru kunci Klampis ireng.
    
         Lanjutnya, banyak alasan kenapa orang datang ke tempat itu, antara lain minta pangkat, banyak atau dimudahkan rejeki, memilki kecantikan yang lebih untuk menarik lawan jenis, usaha lancar, dan lain sebagainya. “Namun kebanyakan mereka ini karena menginginkan rejeki yang banyak,”imbuhnya.
    
        Masih menurut mbah gundul sapaan akrab Giyanto, semua saja ketika datang ke tempat ini dan menginginkan sesuatu harus melakukan ritual sembari menyediakan 9 jenis barang seperti kemeyan, candu, rokok, kembang telon dan lainnya yang disyaratkan, adapun untuk larangan nya itu sendiri diantaranya tidak boleh memakai baju berwarna hijau pupus karena dianggap menyamai dayangan dan tidak boleh datang pada malam jum’at wage dalam penanggalan jawa.

       “Bilamana larangan tersebut dilanggar oleh mereka yang datang akan berdampak buruk kepada yang melanggarnya, bahkan bisa sampai meninggal.”terangnya.
    
         Ketika melakukan ritual ada yang cuma semalam, ada juga yang sampai berhari-hari, tergantung kebutuhan dan apakah orang tersebut berhasil atau tidak, “untuk tolak ukur keberhasilan apa tidak, orang yang datang dan melakukan ritual tersebut dapat bertemu dengan kyai semar atau tidak,”tuturnya.
      
         Menurut kepercayaan tempat ini (klampis ireng) adalah keraton atau kerajaan alam gaib, jadi ketika ingin berkunjung istilahnya ya harus dengan tata cara atau sopan santun agar dapat diterima oleh penghuni keraton. “Tidak boleh dibuat sembarangan atau dalam bahasa jawa ura uleg dinggo jak-jak’an utowo sembarangan, karena ini keraton bukan tempat biasa,”pintanya.
      
         Karena tempat ini adalah kerajaan jadi kalau mampu untuk melihatnya ada melihat sebuah kerajayaan dengan segala isinya yang serba emas, dan akan bertemu dengan penghuninya kyai semar beserta punakawan nya yang terlihat duduk, “kalau bisa menembus alam gaibnya akan terlihat kerajaan yang serba emas dan bilamana kyai semar berkenan maka dipercaya segala permintaan akan dikabulkan,”jelas Giyanto
         



         Menjadi juru kunci di klampis ireng kurang lebih sudah 10 tahun, tidak ada penunjukan untuk menjadi juru kunci, awalnya dulu sebelum saya yaitu jokoboyo (perangkat desa) Jamal, kemudian saya diminta untuk membantu Pak Jamal untuk membantu para tamu menyediakan keperluan ritual, “Setelah Jamal meninggal, pada akhirnya orang mengenal saya sampai saat ini serta dianggap sebagai juru kunci klampis ireng,”pungkasnya
sumber : http://legendaponorogo.blogspot.co.id/2015/09/misteri-klampis-ireng-ponorogo.html

Makam Batorokatong


Makam pendiri Kota Ponorogo ini sering didatangi mereka yang berharap bisa naik pangkat atau ingin menjadi pejabat. Selain syaratnya harus berjalan dengan melewati tujuh gapura, jika ingin terkabulkan dilarang membawa bunga ziarah bercampur daun pandan wangi.
Sore itu, saat LIBERTY mengunjungi makam Bathara Katong yang berada di Desa Setono, Kecamatan Jenangan, Kabupaten Ponorogo, terlihat dua orang yang sedang melakukan ziarah. Usai melakukan ritual menaburkan bunga dan membaca doa selama beberapa saat, suami-istri asal Madiun. itu mengaku melakukan ziarah de­ngan tujuan agar anaknya segera bisa mendapatkan pekerjaan.
“Anak saya lulusan perguruan tinggi, tapi hingga dua tahun menganggur, ia belum juga mendapatkan pekerjaan. Ini adalah salah satu bentuk ikhtiar karhi, semoga dengan perantara makam Eyang Bathara katong, anak saya segera mendapatkan pekerjaannya,” ucap mereka sebelum meninggalkan makam Bathara Katong.
Selepas kepergian suami-istri itu, praktis ditempat itu hanya tinggal LI­BERTY dan juru kunci makam, Pak Mu­kim. “Bathara Katong itu salah satu anak Prabu Brawijaya V. Dia termasuk adik Raden Patah, raja Demak, hanya lain ibu. Dan keberadaannya di Pono­rogo adalah untuk menyebarkan agama Islam di wilayah ini,” terang Mukim.
Status sebagai anak seorang raja besar membuat Bathara Katong memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Ponorogo. Karena itu pada hari-hari tertentu, makam ini akan dipenuhi oleh para peziarah. Bahkan tak ha­nya peziarah dari Ponorogo saja yang datang. Banyak juga di antara mereka yang datang dari luar kota. Namun demikian, tujuan mereka tentu tak jauh beda, yaitu berharap berkah dari Bathara Katong.
Mukim juga menjelaskan bahwa selain dikunjungi masyarakat biasa, makam yang dijaga oleh beberapa juru kunci ini termasuk tempat favorit bagi para pejabat. Terutama yang berasal dari wilayah Ponorogo dan sekitarnya. Dan tingkat kunjungan itu semakin tinggi bila menjelang acara pilkada.
“Sebelum menjalankan tugasnya sebagai pejabat di Ponorogo, minta restu pada Kanjeng Bathara Katong sudah menjadi kewajiban bagi para pejabat di sini. Karena bagaimanapun juga, beliau adalah orang yang mbahurekso wilayah ini. Beliaulah bupati pertama Kota Ponorogo,” jelas Mukim.
Semasa hidupnya Bathara Katong juga dikenal sebagai seorang tokoh yang sakti mandraguna. Salah satu kisah yang menggambarkan kesaktiannya adalah pertempurannya dengan Ki Ageng Kutu, seorang demang dari sebuah daerah di Ponorogo yang dikenal sebagai orang paling sakti. Konon, waktu itu Ki Ageng Kutu tidak bisa menerima kehadiran Bathara Katong yang mengemban misi menyebarkan agama Islam. Karena itulah kemudian dia memutuskan untuk beradu kesaktian guna mempertaruhkan wilayah Ponorogo. Pertempuran antara Ki Ageng Kutu dengan Bathoro Katong terjadi hingga berhari-hari, soalnya keduanya sama-sama sakti dan sama-sama kuat. Namun, tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah.
Begitu lamanya pertarungan anta­ra kedua tokoh sakti ini salah satu penyebabnya adalah karena Ki Ageng Ku­tu tidak bisa mati selain dengan pusakanya sendiri yaitu tombak Korowelang. Maka dari itulah Bathara Ka­tong kemudian menyusun strategi bagaimana caranya agar bisa mendapatkan senjata pusaka itu. Karena dengan mendapatkannya berarti Ki Ageng Kutu bisa diatasi, dan tentunya misinya un­tuk menyebarkan agama Islam bisa terlaksana tanpa hambatan.
Sebuah siasat akhirnya didapatkan oleh Bathara Katong yaitu dengan meminang putri Ki Ageng Kutu yang bernama Niken Gandini. Dari tangan Niken Gandini inilah konon Tombak Korowelang yang belakangan diakui sebagai senjata pusaka Bathara Katong ini berhasil didapatkan. Dan dengan didapatkannya tombak ini, maka Bathara Katong dengan mudah mengalahkan Ki Ageng Kutu.
Dengan kemenangannya atas Ki Ageng Kutu, berarti sudah tidak ada lagi hambatan bagi Bathara Katong. Hingga kemudian dia memutuskan un­tuk mendirikan Kota Ponorogo yang sebelumnya disebut den­gan nama Wengker.
Bathara Katong pun dinobatkan sebagai adipati pertama Ponorogo pada 1496. Penobatan dilakukan di atas dua buah batu gilang yang diberi ukiran tahun terjadinya peristiwa itu. Batu gi­lang itu kini diletakkan tepat di depan gapura ke lima makam Bathata Katong.
Ya, makam Bathara Katong 
memang agak berbeda dengan makam- makam raja atau para tokoh lainnya. Makam yang berada di tengah-tengah pemukiman penduduk ini memiliki tujuh gapura pintu masuk yang melambangkan lapisan langit sebagaimana yang dipaparkan dalam kisah Isra’ Mi’raj.
Karenanya, bagi siapa saja yang memang benar-benar berharap berkah dari sang Bathara, maka dia harus rela berjalan menyusuri tiap gapura yang antara satu dengan lainnya berjarak sekitar 200 meter. Jadi tentu butuh sedikit pengorbanan, demi menggantung- kan harapan pada sang tokoh.
Sebagaimana di tempat lain, untuk bisa mewujudkan harapan, ada syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi pa­ra peziarah. Selain berwudhu dengan air dari gentong keramat, ada larangan yang harus ditinggalkan yaitu tidak boleh ada daun pandan dalam campuran bunga yang digunakan untuk ziarah.
“Biasanya kalau kita beli bunga, di dalamnya pasti dicampurkan irisan daun pandan wangi. Nah, kalau mau ke sini, daun pandan itu harus dibuang. Sebab Kanjeng Bathoro Katong tidak suka. Dan bila tidak suka berar­ti apa yang kita harapkan tentu akan sulit terkabul,” terang Mukim. Entah apa yang menyebabkan Ba­thara Katong tidak suka dengan daun pandan. Namun Mukim memberikan sedikit penjelasan bahwa daun pandan adalah salah satu senjaia andalan Ki Ageng Kutu yang sempat membuat Bathara Katong kerepotan dan dipukul mundur. Karena itulah, daun pandan ini harus ditiadakan dari makam ini, agar tidak sampai mempengaruhi kekuatan gaib yang terpancar dari makam ini. Sebab dengan berkurangnya kekuatan itu, maka bukan tidak mungkin keistimewaan makam yang bisa membuat orang naik pangkat akan berkurang.
Mukim juga menjelaskan bahwa bunga yang paling baik untuk diserahkan pada arwah Bathara Katong adalah bunga talon yang terdiri dari mawar, kantil dan kenanga. Kalau misalnya tidak membawa bunga talon, bunga melati saja sudah cukup. Bahkan konon banyak para pengalab ber­kah yang sukses hanya dengan mem­bawa bunga melati. Terutama mereka yang memang memiliki niat suci sesuci bunga melati. 

Sirah keteng


Ponorogo sebenarnya banyak wisata mistisnya, akan tetapi banyak orang yang belum tahu beberapa wisata di Ponorogo diantaranya beji (mbeji). Beji adalah sebuah kedungan/kolam dimana pinggirnya dibangun dengan plengsengan contohnya saja di kecamatan Sambit kabupaten Ponorogo terdapat beberapa beji di antaranya beji Sirah Keteng dimana terletak di desa Bedingin, Beji Sumber Gondang di desa Maguan, Sumber Beji juga di desa Maguan, dan beji Cangkring ada di desa Nglewan Sambit Ponorogo.














Dimana semua itu mengandung prasejarah:



Beji Sirah Keteng, merupakan suatu kolam yang seluas kurang lebih 1 hektare. didekat kolam juga terdapat sebuah arca manusia raksasa. penduduk setempat menamakan arca “Ratu Boko“. Konon, Kolam Beji Sirah Keteng merupakan tempat pemandian Ki Ageng Kutu atau Ki Ageng Suryo Ngalam, dan menurut warga setempat, arca tersebut merupakan penggambaran kepalaPrabu Ratu Boko, raja raksasa yang suka memakan daging manusia, yang tewas di tempat tersebut oleh seorang sakti mandraguna bernama Ki Ajar Prono. Konon beji tersebut ada sebuah urung jalan air dimana itu tembusan dari segoro kidul, memang itu dibuktikan dengan membuang merang dari sebuah aliran sungai dari laut selatan dan ternyata tembus sampai beji. Wallohu ‘alam

Sumber :  http://ponorogoreogmyhometown.blogspot.co.id/2015/10/wisata-beji-sirah-keteng.html


Ngembag Water park


2 Km menuju ke arah Pulung Jl. Yos Sudarso  dari arah alun - alun ponorogo terdapat wahana bermain dan hiburan anak dan keluarga.
Taman wisata ini terletak di kecamatan Siman. Sebelumnya, taman wisata Ngembag dikenal sebagai mata air yang tak terawat.  oleh Pemkab Ponorogo telah di kembangkan sebagai taman kota yang dilengkapi dengan kolam renang anak dan juga beberapa permainan anak-anak.isata alam Ngembak merupakan satu di antara wisata alam buatan yang berada di Kabupaten Ponorogo. Wisata ini mulai dibangun 2002 silam oleh pemerintah setempat dengan memanfaatkan sumber air tanah di sekitarnya yang berlumpur.
Berawal dari hal itulah, kini mulai ditata pemerintah daerah untuk kawasan wisata. Di dalamnya, ada sejumlah fasilitas permainan anak. Tentu saja, objek wisata ini menonjolkan hutan dengan pepohonan yang rindang sehingga mampu menyuguhkan suasana asri dan udara segar.
Tahun 2004, pemerintah setempat mulai mengembangkannya dengan menambah fasilitas panggung hiburan dan kolam renang. Namun, kini kondisi objek wisata alam itu cukup memprihatinkan. Jumlah pengunjungnya terus merosot drastis selain fasilitas penunjangnya yang memang kurang terawat.
“Pada hari-hari biasa, para pengunjung wisata ini bahkan sama sekali tak ada,” aku Sukimin, pegawai dinas pariwisata pengelola taman wisata Ngembag, saat ditemui Madiun Pos di loket setempat, Kamis (30/04/2015).
Menurut Sukimin, satu-satunya pengunjung yang bisa diharapkan ialah ketika datang musim liburan sekolah. Dalam sehari, jumlah pengunjung saat liburan bisa menembus 200 orang. Meski demikian, jumlah tersebut tetap saja belum begitu signifikan.
Menurut Sukimin, wisata Ngembak akan kian menarik jika ada fasilitas pendidikan untuk pengenalan lingkungan seperti satwa, arena outbound, dan fasilitas olah raga kolam renang. Selain itu, sambungnya, agar tidak monoton, pengelola wisata semestinya sering menggelar pentas acara empat kali dalam setahun. Pentas hiburan bisa diisi dengan acara musik, pentas budaya reog dan juga barongasai.
“Pihak pengelola kini juga menyiapkan tempat perkemahan untuk kegiatan anak sekolah,” tambahnya.
Selama ini, kata Sukimin, banyak wisatawan Ngembak yang mengeluhkan minimnya fasilitas serta keringnya kreativitas dari pengelola wisata.

Sumber : http://www.madiunpos.com/2015/05/02/wisata-ponorogo-inilah-kondisi-wisata-ngembag-ponorogo-600236

brilliant Water park

Brilliant water park terletak di  Jl. Gambiran No.99, Pulung, Kec. Ponorogo, wahana ini mempunyai
2 kolam renang anak dan telah dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti seluncuran. Disamping itu, terdapat kolam renang dewasa, sarana outbond, mushola, kamar mandi, dan sebagainya. Selain Waterpark, obyek wisata di Ponorogo ini juga didukung oleh sebuah restoran bernuansa alam pedesaan dan terletak diatas danau buatan. Restoran dengan kapasitas sekitar 100 ini, akan membuat suasana makan bersama keluarga, temat, ataupun rekan kerja menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.Harga tiket masuk brilliant Waterpark adalah sebesar Rp.5.000/orang pada hari Senin s.d Jumat. Sedangkan hari Sabtu, Minggu, serta hari Libur Nasional seharga Rp.10.000/orang dewasa, dan Rp.8.000/anak.

Sumber : https://id.foursquare.com/v/brilliant-water-park/52d20841498e52d91efe78b2

Gita water park


Gita waterpark terletak di Dusun Krajan Kec. Pulung, Kab Ponorogo. Wahana wisata ini mempunyai kolam bertingkat. Kolam yang paling atas adalah khusus ditujukan untuk anak-anak dan yang di bawah kolam untuk orang dewasa. Fasilitas seluncuran telah disediakan pada kolam anak yang pastinya membuat mereka begitu menikmaati dan gembira.
          Obyek wisata ini menggunakan tema alam dan keindahan panorama pegunungan yang akan membuat setiap wisatawan merasa nyaman dan santai.

 GiTA Waterpark atau disebut juga dengan “Gambiran Tirta Asri” tertetak di Dusun Krajan Desa Pulung Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo.
GiTA Waterpark didesign khusus sebagai Taman Rekreasi Air dengan konsep nuansa alam pedesaan dan pegunungan yang eksotis. Berbagai aktivitas dan atraksi Air yang menarik, unik, mengasyikkan dan penuh dengan petualangan bagi anak-anak, remaja, sampai dewasa dapat Anda rasakan disini!!
Selain menyajikan suasana alam yang Asri, Teduh dan Nyaman, GiTA Waterpark juga menyediakan berbagai permainan air yang seru yang bisa dinikmati anak-anak, remaja dan orang tua sekalipun dan juga arena permainan Outbond fasilitas-fasilitas yang menarik lainnya…..


kintamani Water Park

Kintamani Waterpark merupakan salah satu wahana wisata air di Ponorogo yang sering dikunjungi oleh wisatawan. Lokasi wahana dengan luas sekitar 1,8 hektar ini berada di Jln Ki Ageng Kutu , Nomer 9, Siman, Ponorogo. Kintamani Waterpark memiliki 2 kolam renang anak dan telah dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti seluncuran. Disamping itu, terdapat kolam renang dewasa, sarana outbond, mushola, kamar mandi, dan sebagainya.
Selain Waterpark, obyek wisata di Ponorogo ini juga didukung oleh sebuah restoran bernuansa alam pedesaan dan terletak diatas danau buatan. Restoran dengan kapasitas sekitar 100 ini, akan membuat suasana makan bersama keluarga, temat, ataupun rekan kerja menjadi lebih nyaman dan menyenangkan. Harga tiket masuk Kintamani Waterpark adalah sebesar Rp.5.000/orang pada hari Senin s.d Jumat. Sedangkan hari Sabtu, Minggu, serta hari Libur Nasional seharga Rp.10.000/orang dewasa, dan Rp.8.000/anak.
 
 





Watu Semaur


Watu Semaur dalam bahasa indonesia berarti "Batu Menjawab". Terletak di Desa Selur Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo. Dikatakan Watu Semaur jika orang berteriak di sekitar situ akan menggema seperti ada orang yang menjawab (semaur). Untuk menuju ketempat ini sangat mudah karena terletak di pinggir jalan besar antara Kecamatan Ngrayun ke arah Panggul Trenggalek. Terletak diantara rindangnya hutan pinus dan persawahan penduduk, bila kita melewatinya pasti akan tergonda untuk berhenti menikmati keindahan Watu Semaur.




Dibalik keindahan nya, dari cerita beberapa orang di sekitar watu semaur memiliki cerita  dan masih dipercayai oleh penduduk sekitarnya  sampai saat ini. Legenda nya bermula dari sebuah kepercayaan jika hutan ini sangat angker. Jika ada pasangan pengantin baru belum lima hari menikah tidak boleh lewat hutan tersebut tanpa ada yang menemaninya. Suatu hari ada pasangan pengantin yang terpaksa melewati hutan tersebut berdua dengan pasanganya. Saat lewat hutan pengantin pria tiba tiba ingin buang air kecil, kemudian si pria menyuruh si wanita untuk menungguinya di tempat. Si wanita pun berjalan mencari tempat  yang nyaman untuk menunggu si pria sedang buang air. Kemudian si pria berniat mencari istrinya sambil memanggil manggil nama si wanita. Panggilan si pria  dijawab si wanita, namun ternyata si wanita tidak ditemukan. Akhirnya si pria kelelahan dan berhenti mencari, ditempat berhenti itulah si pria berubah menjadi sebuah batu dan dinamakan Batu Kodok yang terdapat sebelum Watu Semaur. Sedangkan si wanita berubah menjadi Watu Semaur. 

 

Bila kita ingin ke Watu Semaur dari Alun2 Ponorogo menuju ke arah pacitan belok kiri tepat di perempatan dengok (gontor 2) sampai perempatan jetis ambil arah kanan lurus arah Kecamatan Ngrayun, lanjut arah Panggul Kecamatan Trenggalek.

sumber : http://www.asliponorogo.com/2016/01/watu-semaur-dsselur-kecngrayun-ponorogo.html

Goa santa Maria

menggambarkan destinasi wisata religi gua Maria Fatima di Klepu, Sooko. Tempatnya yang berada di atas bukit dan rindangnya pepohonan besar semakin membuat lokasi peribadatan umat Katolik itu begitu menenangkan. Tidak hanya itu, patung Bunda Maria di atas bukit batu juga menambah kesakralan tempat tersebut. Tak banyak pengunjung ketika hari biasa. Kecuali, Minggu pertama setiap bulannya. Mengunjungi gua Maria Fatima Klepu dari pusat kota Ponorogo membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Memasuki Desa Klepu, banyak penunjuk arah yang membantu menemukan lokasi. Pasalnya, letak gua cukup pelosok. Jalan menuju gua juga tidak seberapa lebar. Pun, beberapa titik jalan menuju gua Maria Fatima rusak.
Penjaga gua Maria Fatima, Stevanus Bonari menuturkan,goa Maria Fatima merupakan tempat peribadatan umat Katolik yang dikelola Paroki Santo Hilarius Klepu. Menurut Stevanus, sebenarnya gua Maria Fatima tidak benar-benar memiliki sebuah gua alami, melainkan buatan. Cerita pembangunan gua tersebut dimulai pada 1984. Kala itu, ditemukan sebuah sendang atau mata air di lokasi gua Maria Fatima saat ini berada. Suatu ketika, seorang anak kecil sempat terjatuh dan tenggelam. Masyarakat pun takut dan mengira anak tersebut meninggal karena kedalaman sendang mencapai lebih dari dua meter. ‘’Selain itu, juga ada anggapan sendang tersebut angker, semakin membuat takut masyarakat,’’ ujarnya.
Namun sebaliknya, saat akhirnya warga berhasil menemukan anak tersebut dengan selamat, dia justru memberikan kesaksian. Menurut anak itu, dia bermimpi didatangi seorang perempuan berpakaian putih, mirip sosok Bunda Maria. Masyarakat setempat yang mayoritas Katolik pun menggelar doa bersama di tempat tersebut untuk mengucap syukur lantaran anak kecil itu ditemukan dalam kondisi selamat. ‘’Saat itu, ternyata warga merasa nyaman berdoa disana. Maka tercetuslah ide dibuatkan patung Bunda Maria yang dipercaya telah menyelamatkan anak kecil tersebut,’’ jelasnya.
Kini, ratusan pengunjung memadati gua Maria Fatima setiap Minggu pertama tiap bulan. Peziarah banyak berdatangan justru dari luar daerah seperti Tangerang, Jogjakarta, Solo, Jakarta, sampai Malang. Sementara peziarah dari bumi reyog justru lebih sedikit. Menurut Stevanus, puncak kunjungan gua Maria Fatima terjadi di tahun 2004. ‘’Kalau ramai, benar-benar bisa mengangkat ekonomi masyarakat yang mayoritas petani. Ya untuk penghasilan tambahan,’’ terangnya.
Sayangnya, kini jumlah pengunjung gua Maria Fatima tidak seramai dulu. Menurut Stevanus, susahnya akses menuju gua menjadi kendala. Tidak hanya jalan yang sempit, juga banyak kerusakan akses. Bahkan hingga sekarang, bus besar untuk mengangkut peziarah tidak bisa masuk hingga parkiran gua. ‘’Banyak pengunjung dari luar daerah juga merasa fasilitas jalannya kurang baik. Padahal, potensi wisata religi ini cukup menjanjikan,’’ ujarnya.(mg4/irw) 
Sumber : http://ponorogopos.com/melihat-lebih-dekat-goa-maria-fatima-di-klepu-sooko/

Kedung kenthus

Kedung Kenthus  Terletak di Desa Jenangan Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo, sebuah tempat di pinggiran pegunungan dengan sumber air yang tidak pernah kering walaupun di musim panas.


30 menit dari pusat kota ponorogo ke arah Kecamatan Sumoroto lanjut arah Kecamatan Sampung yg terkenal dengan tambang gamping/kapurnya.

Juga terdapat situs bersejarah Goa Lowo yang sudah terkenal.

Terdapat aliran sungai unik dari atas keliatan sempit padahal di bawahnya luas mirip seperti gentong yang panjangnya kurang lebih 20 meter, dengan warna air ke hijauan membuat kesan sejuk dan asri, dinding batu yang tidak beraturan berwarna abu abu kekuningan serasa kita berada di luar negeri.


Anda akan terperangah melihat keindahannya, jangan lupa mengabadikan lewat kamera slr atau smartphone plus keahlian berenang sangat dibutuhkan karena di beberapa bagian ketinggian air bisa sampai melebihi orang dewasa.



Untuk mencapai Kedung Kenthus butuh sedikit kesabaran kami beberapa kali harus bertanya di penduduk sekitar.



Akses menuju ke lokasi sangat bagus kendaraan roda 4 bisa melewatinya, walaupun beberapa meter menuju lokasi hanya bisa ditempuh oleh kendaraan roda 2 atau jalan kaki.



Suasana pedesaan sangat kental di setiap sudut jalan, persawahan, rumah kayu khas ponorogo menghiasai sekelilingnya.



Tempat ini di perkenalkan oleh beberapa pemuda yang peduli dengan  desanya, mereka memulainya dengan mengungah beberapa foto ke media sosial.



Menurut Mereka sedikit demi sedikit akan manambah fasilitas seperti tempat parkir, permainan air (pelampung) tempat gantai pakaian, restoran ala desa mereka sampai sarana ber istirahat bagi pengunjung. 


Terbukti akhir-akhir ini banyak sekali muda mudi yang mencari tempat tersebut, mulai dari Ponorogo Madiun Kediri sampai Surabaya dan Jakarta.
Walau fasilitas masih belum kumplit tempat ini bisa jadi tujuan yang keren dan layak untuk dikunjungi terutama mereka yg menyukai wisata adventure dan tidak mainstream tetap berhati hati dan jangan buang sampah sembarangan.

Goa lowo


Goa Lowo yang terletak di hutan jati Dusun Boworejo,Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo, selain dikenal sebagai lokasi wisata juga kerap dijadikan lokasi penelitian mahasiswa asal Jawa Timur dan Jawa Tengah. 



Hampir di setiap hari libur dan hari besar nasional Goa Lowo selalu dikunjungi para wisatawan. Mulai dari rombongan keluarga, pasangan muda-mudi, hingga rombongan kalangan mahasiswa.




Kondisi jalan masuk ke lokasi Goa Lowo yang hanya 1 kilometer itu, kondisinya setiap turun hujan, licin dan kendaraan tidak bisa melintasi.

"Sepeda motor saja tidak bisa melintas masuk, karena jalan licin seperti jalan orang mencari kayu bakar. Dulu sempat diperbaiki karena drainase tak pernah dikeruk jalan menuju Goa Lowo hancur lagi.


Menurut juru kunci Cagar Budaya Goa Lowo, Somingan (62) menegaskan, Goa Lowo ramai ketika bulan Suro dan Hari Raya Nyepi. Para wisatawan ada yang hanya berkunjung ada pula yang melaksanakan ritual.


"Kalau hari libur biasa yang berkunjung anak muda dan keluarga. Tetapi kalau Hari Raya Nyepi dan Suro banyak orang semedi di dalam gua. Biasanya sore mulai masuk dan pagi pulang. Mereka melakukan ritual sesuai agamanya masing-masing.




Selain itu, di area sekitar Goa Lowo yang berada di kawasan hutan jati KPH Badegan tersebut sebenarnya dikelilingi puluhan goa lainnya. Diantaranya, Goa Padepokan Gunung Cilik, Goa Pertapan I, Goa Pertapan II, Goa Sulur, Goa Ngalen, Goa Tutup, Goa Layah, Goa Cumpleng, Goa Cakruk, Goa Gede, Goa Dlosor, Goa Bareng dan Goa Solotan. Namun yang paling dekat dan mudah dijangkau hanya Goa Lowo.

Di Goa Lowo banyak ditemukan tulang-belulang manusia purba, sejenis seperti yang ditemukan di Wajak, Kabupaten Tulungagung dan Trinil, Kabupaten Ngawi.


"Goa Lowo memiliki ketinggian langit-langit 11 meter, lebar 27 meter dan panjang 26 meter ini memiliki empat ruangan. Yakni ruang raja rahman senduk, ruang semedi, ruang batu candi dan ruang kursi batu. Masing-masing ruangan ada sejarahnya. Di tempat itulah para mahasiswa melakukan penelitian mulai dari serpihan tulang hingga pengggalian tanah untuk dilihat sendimentasi tanahnya," urainya.

Sebelumnya, kata Somingan, di setiap ruangan banyak ditemukan tulang belulang manusia purba. Di halaman gua juga masih banyak ditemukan kepingan-kepingan atau serpihan tulang-tulang manusia purba.

"Dulu tulang-tulang itu banyak ditemukan di setiap sudut ruang dan sebagian di halaman. Menurut peneliti dari Belanda dulu manusia purba tersebut ada yang dituakan (raja) beserta pembesar (tokoh) sehingga tulangnya ada di dalam gua dan yang berada di halaman gua (prajurit) atau penjaga (pengikut)," jelasnya.

Gunung Bedes

 Nama yg unik dan mengundang pertanyaan, terletak di Dusun Buyut Desa Ngadirojo Kecamatan Sooko Ponorogo Jawa Timur.

Satu lokasi pegunungan di mana kita bisa memandang luas ke area Gunung Bayang Kaki yg menjadi POI, hamparan pepohonan yg hijau mengoda mata kita untuk berlama lama di spot ini, bongkahan batu besar juga menambah keinginan para muda mudi untuk menaiki nya, dan hanya yg mempunyai keberanian dan skil memanjat walau sedikit cukuplah memacu adrenalin kita

Sarang Kera atau masyarakat setempat menyebutnya "bedes" di puncak bukit terdapat sisa bongkahan batu mirip kursi menghadap ke gunung bayang kaki, dahulu "kursi batu" itu adalah "sarang" tempat berkumpulnya kera atau bedes dikarenakan populasi nya terus bertambah dan merusak tanaman pisang buah dan sayur masyarakat setempat, oleh penduduk "sarang" tersebut dirusak dan hanya berbekas kaki2 kursi batunya saja, juga populasi kera berkurang lumayan banyak. begitu yg diceritakan oleh Supriyanto salah seorang penduduk yg bertempat tinggal tepat di pintu masuk menuju Gunung Bedes.

Ketika kami menuju lokasi terlihat beberapa kera yg bergelantungan di kejauhan. Jalan menuju lokasi masih jalan tanah, penunjuk arahpun masih belum terlihat, ketika kemi ber tanya ke salah seorang bapak yg mempunyai toko di balik bukit jalan menuju ke lokasi, beliau balik bertanya "kok akhir2 ini sering sekali muda mudi mengunjungi gunung bedes ya mas ada apa?
dengan senyum kami menjawab nama gunung ini sekarang lagi jadi trending topik pak hehehehe.
View dari atas memang keren banget, sayang klo di lewatkan.


Dari pasar Sawoo belok ke kiri (jalan menurun) menuju pertigaan Tumpak Pelem berjarak +/- 7Km, setelah sampai di pertigaan ambil jalan kiri menuju pasar Narang Temon berjarak +/- 3Km,
dari pasar narang ambil jalan ke kanan (makadam) ikuti jalan itu sampai di Dusun Buyut Desa Ngadirojo Rumah Ibu Sriani,
di rumah itu kita parkir motor dan lokasinya tepat berada di samping rumah jalan tanah setapak sejauh +/- 500m.
sumber :http://www.asliponorogo.com/2015/04/wisata-alam-gunung-bedes-ponorogo.html

Gunung Gajah


45 menit perjalanan darat dari alun alun kota Ponorogo menuju selatan arah ke Kecamatan Bungkal, dengan rute alun-alun ke arah timur sampai perempatan Jeruksing ke kanan arah
  Ds. Jabung
lanjut sampai perempatan Jetis belok kiri arah jurusan Trenggalek ikuti jalur utama sampai ke  Bibis Perempatan/pasar Bibis lurus ke selatan bertemu Ds.Bedingin pusat kerajinan genteng  lanjut  Ds.Wringin Anom (Perempatan/pasar lurus ke selatan)  lurus ke Ds.Gajah. setelah masuk Ds.Wringin Anom jalan aspal berubah ke jalan makadam dan beberapa bagian berlubang, kehati hatian sangat di utamakan jangan terlena oleh pemandangan keren.
Di sepanjang jalan akan bertemu dengan pemandangan hijau suara suara burung bersautan, para pencari rumput hilir mudik membawa turun hasil panenan rumput liarnya diberikan ke ternak ternak yg sudah menunggu di rumah. Suasana gunung gajah yang relatif masih alami juga pengunjung tidak dipungut biaya alias gratis.Gunung Gajah terletak di Kecamatan Sambit dengan ketinggian sekitar 1200 mdpl. Puncak yg selama tidak terlalu sulit dicapai, bisa melalui jalan setapak yang cukup dilewati sepeda motor, meski medannya lumayan menantang.
Sebenernya ada puncak tertinggi gunung gajah ( selalu di tutup awan ) dan hanya bisa di lalui dengan jalan kaki, kali ini penulis mencoba membawa pembaca ke puncak tertinggi yg mudah di jangkau oleh kendaraan roda4 atau motor dan hanya beberapa kilo meter jalan kaki.

bimasakti / milkyway dari atas Gunung Gajah

Sesampai di puncak (sore menjelang malam )kami disuguhi dengan pemandangan kota Ponorogo tampak lampu lampu nya yg cukup membuat kami terkagum, lama kami mencoba mengabadikan kan dengan mata telanjang dan kamera, sambil meminum kopi jahe hangat dan makanan kecil bekal yg dibawa teras nikmat menghangatkan tubuh yg mulai kedinginan.uaca cukup mendukung caha bintang terlihat dengan sangat terang dengan sedikit awan yg menyelimuti, lamat lamat terlihat bima sakti / milkyway langsung kami abadikan dengan kamera yg sudah siap dengan tripot dan remot shuternya, coba kami explore dari berbagai sudut dan aneka macam 4ground plus memainkan style wool yg sudah disiapkan.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 24:13 wib dan awan putih mulai tampak, kondisi badan dan mata sudah lelah lanjut istirahat di tenda masing masing.
Udara di luar tenda sangat dingin membuat kami terbangun lihat jam tangan menunjukkan pukul 03:05 wib pagi, coba keluar dari tenda langsung melihat bintang, jreng jreng jreng bimasakti / milkyway terlihat sangat jelas dan terang sekali, secepat kilat ambil kamera dan perlengkapan langsung ke spot yg sudah di siapkan malam tadi.Tibalah sang surya menampakkan sinarnya walau sedikit tertutup mendung tidak mengurangi keindahan suasana pagi di gunung gajah.Setelah cukup puas menikmati sudut sudut nya perut sudah terasa lapar kopi panas roti coklat mie instan terasa begitu nikmat di temani hembusan udara dingin dan hangatnya sinar matahari. 
Sumber :  http://www.asliponorogo.com/2015/05/gunung-gajah-ponorogo.htmlhttp://www.asliponorogo.com/2015/05/gunung-gajah-ponorogo.html

Gunung masjid ( Bukit Teletubies)


 Gunung Masjid terletak di Desa Pandak Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo,kalau kamu pernah ke gunung Beruk yang lebih dulu ngehitz pasti tidak akan sulit mencari lokasi gunung Masjid. Rutenya dari Ponorogo Kota ke selatan sampai Pasar Balong terus kebarat,sampai perempatan Karang Patihan belok kiri dan lurus terus,setelah melewati jalan makadam sedikit ada banner petunjuk kearah kanan.ikuti saja sampai ditempat parkir.

Dengan cuma membayar parkir Rp.3000,-/sepeda motor karena belum ada retribusi khusus kita langsung saja melakukan pendakian,pastikan kondisi anda fit kalau mau kesini.walau jalur pendakian tergolong enak tapi lumayan menanjak.tapi pemandangannya kereenn banget guys,pertama kita melewati ladang warga dan hutan jati dan pohon kayu putih.sampai sekitar setengah perjalanan kita akan disuguhkan sabana luas dan menghijau kita bisa berfoto ria ditempat ini karena viewnya indah banget.
 Padang Sabana yang keren abisss
Sampai mendekati puncak pemandangan tambah amazing,padang rumput terlihat semakin luas dan kemiringan yang semakin extrem..emang kaya bukit teletubies guys...
 Bukit teletubies Foto dari instagram @dodikreza
Dengan pohon perdu jarang-jarang yang semakin menambah indah pemandangan
 Mendekati puncak Gunung Masjid.
 Sampai dipuncak viewnya tambah amazing guys,kita bisa melihat wilayah ponorogo dari sini,kalau cuaca cerah wilayah jawa tengah jg bisa terlihat
                

Puncak Pringgitan

Puncak Pringgitan Ponorogo, Gunung Pringgitan yang terletak di wilayah Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur (Jatim) menawarkan sensasi wisata dari ketinggian. Dari Puncak Pringgitan, khususnya pada malam hari, para wisatawan dapat menyaksikan keindahan panorama Kota Ponorogo. “Ingin melihat kerlip lampu kota Ponorogo di malam hari? Datanglah ke Gunung Pringgitan yang terletak di Kecamatan Slahung. Suasana di Gunung Prunggitan kental bernuansa pegunungan di mana akan kita temui hutan pinur di sepanjang jalur pendakian,” jelas pengelola fanpage Facebook Semua Tentang Ponorogo, Minggu (27/12/2015) pukul 11.34 WIB.
Berdasarkan penelusuran Madiunpos.com, para wisatawan yang hendak menuju Pucak Pringgitan bisa mengikuti jalan dari pusat Kota Ponorogo menuju arah Kabupaten Pacitan. Tepat di depan Balai Desa Caluk, Kecamatan Slahung, wisatawan harus mengikuti jalan naik hingga masuk Dusun Joso, Desa Wates, Kecamatan Slahung.
Wisatawan yang akan menuju Puncak Pringgitan Ponorogo harus berjalan kaki selama sekitar 45 menit sampai 60 menit atau sejam dari penitipan kendaraan di Dusun Joso.
Untuk letak geografis panorama Puncak Pringgitan ini adalah di desa Caluk, kecamatan Slahung, kabupaten Ponorogo. Sebenarnya Bukit Pringgitan ini letaknya di perbatasan tiga desa yaitu Caluk, Broto dan Kambeng. Tapi lebih dominan di Caluknya lho, sobat traveler.
Untuk menuju ke sana, sebelum melakukan pendakian yang perlu sobat traveler siapkan adalah jaket tebal, tikar atau mini camp, makanan ringan dan air minum. Jangan lupa bagi yang membawa sepeda motor, harus cek lagi ban, rem, bensin dan lampunya ya. Jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Dari kota Ponorogo sendiri, letak Bukit Pringgitan ini sekitar 27 km ke arah selatan pasar Slahung, di pertigaan belok kanan arah Pacitan, 2 km dari situ tepat di depan balai desa Caluk ada pertigaan yang menyimpang, ke arah kanan
Estimasi waktu bagi sobat traveler yang ingin mendaki tidak begitu lama. Bagi sobat traveler yang berjiwa petualang, yang ke sana dengan menggunakan sepeda motor, sobat traveler bisa menitipkan motor di depan Balai Desa dan jalan kaki ramai-ramai bersama teman sekitar 3 km lagi.
Bagaimana, sobat traveler? Penasaran? Setelah sampai di Puncak Bukit Pringgitan ini, dijamin, sobat traveler akan terkagum-kagum karena melihat keindahan kota Ponorogo dari ketinggian.
 
Sumber :  https://www.bantarangin.net/2419/gaya-hidup-sehat/hiburan_wisata_menarik-html/puncak-pringgitan-bukit-bintangnya-ponorogo.xhtmlhttps://www.bantarangin.net/2419/gaya-hidup-sehat/hiburan_wisata_menarik-html/puncak-pringgitan-bukit-bintangnya-ponorogo.xhtml